Hi Guys.. Balik lagi di Web terkece, terkeren, terbaok, yang rasanya anjim banget. Itulah kata-kata yang keluar dari gawai, dengan posisi miring sembari menonton youtube lebih dari tv BOOM!
Aktivitas rebahan menjadi kegiatan yang amat disombongkan bagi anak-anak milenial karena dilihat dari banyaknya beban hidup mereka, mulai dari jam kerja yang panjang, penyusunan skripshit yang masih di BAB I aja. Hingga membuka komunitas info loker sembari menggoda Mbak Lina.
Sebelumnya, silahkan nikmati refleksi bacaan ini sembari memakan kudapan dan minuman favorit kalian. Karena kita akan mencoba membuka alam sadar kalian, bahwa ketimpangan di negeri ini masih belum teratasi dan supaya pembicaraan kita tidak melebar terlebih dahulu.
Mari kita batasi pokok permasalahannya menjadi hanya di bidang agraria untuk sesi ini, dan agaria dalam tulisan ini mempunyai 2 (dua) cabang pembahasan yaitu : Agraria dibidang pedesaan dan Agraria dibidang perkotaan.
Oke cusss.
Reforma agria dapat diartikan sebagai kebijakan, legislasi, dan program pemerintah yang diniatkan dan dijalankan sebagai suatu operasi yang terkoordinasi dan sistemis untuk meredistribusikan kepemilikan tanah, mengakui klaim-klaim, dan hak-hak atas tanah, memberikan akses pemanfaatan-pemanfaatan tanah, sumber daya alam, wilayah, dan menciptakan kekuatan produktif baru secara kolektif di desa dan kawasan pedesaan. Maaf kalo panjang, biasanya milenial suka yang panjang.
Hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan status, kekuasaan, dan pendapatan absolut maupun relatif dari masyarakat miskin atas penguasaan tanah/lahan sebelum dan setelah adanya kebijakan, legislasi, dan program tersebut.
Bila yang sudah pernah bermain game Among US, yaitu game yang mencari sweeper (itu mah dora the expolrer anjeng) maksudnya impostor. Maka mereka sudah sewajarnya mem-vote generasi boomer yang dengan dalih investasi masa tua menguasai tanah yang sangat potensial menjadi tanah absentee dan terlantar.
Anak-anak muda desa ini sesungguhnya tidak mempuyai alat produksi yaitu tanah. Sehingga hanya mempunyai modal tenaga yang oleh impostor ini terkadang dimanfaatkan sebagai buruh tani didesa mereka sendiri.
Bagi mereka yang tak mempunyai pilihan hal seperti itu terasa kembali kezaman kolonial dengan tanah partikelir modifikasi ala belanda dengan si tuan-tuan tanahnya yang meraup keuntungan dari ketidak berdayaan generasi milenial pedesaan.
Padahal bila menengok politik hukum hak asasi manusia di konstitusi bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Terlebih lagi tuan-tuan tanah era kini lebih canggih karena bukan hanya perseorangan melainkan pula perusahaan negara maupun swasta baik di sektor perkebunan, kehutanan, tambang, pesisir dan lautan.
Kata Stalin ni (Ahiw anaknya ngangkot banget. KIRI MANG!) reforma agraria/land reform ini bermakna redistribusi, yaitu penataan kembali sebaran penguasaan tanah demi kepentingan petani kecil, penyakap dan buruh tani tidak bertanah.
Melihat dari kacamata realitas sosial, anak-anak muda desa mulai bergerak dengan kegiatan yang non-pertanian dan melakukan urbanisasi demi sesuap nasi ( Next Ingsaalloh ada tulisan gajih buruhnya) ke sektor-sektor Industri. Padahal alat produksi yang paling dekat dengan mereka adalah tanah.
Ya bila merujuk negara si, reforma agraria menunggu sertipikasi TORA (Tanah Obyek Reforma Agraria) ya tapi kelamaan men, sudah berpuluh-puluh tahun si Petani yang merupakan pahlawan pengisi perut anak negeri hidup dalam keterasingan dan ketidakberdayaan.
Saya menawarkan sebagai gerakan radikal yang mempunyai resiko tinggi dan hasil yang tinggi pula. Apakah itu ? YAAAA REKLAIMING LAHAN. Dengan alasan apa kita bisa menilik reklaiming sebagai suatu metode gerakan redistribusi lahan yang adil, dalam UUPA dikenal dengan “asas kemanfaatan” yang adalah hasil pengadaan tanah mampu memberikan manfaat secara luas bagi kepentingan masyarakat, bangsa, negara.
Jadi generasi milenial desa yang tadi rebahannya dikasur mungkin bisa rebahan diatas tanah PERHUTANI atau PTPN atau swasta. Coba saja kalian coba ajak uji nyali itu perusahaan beli menyan lah modal dikit, panggil jin-jin daerah sana dan mediumisasi.
Coba aja tanya, dulu tanah ini digarap siapa ya? Bisa aja itu jin bilang dia itu khodamnya leluhur kamu yang garap lahan itu, orang PERHUTANI aja datengnya tahun 70an. Otomatis masih tanah anak-anak muda desa garis karuhun . Yang dengan me-reklaiming menimbulkan pro-kontra dan gesekan. Tapi kan mempertahankan tanah leluhur yang apalagi bisa kamu manfaatkan jelas-jelas bisa memberikan manfaat.
Kalo tadi generasi milenial desa rebahan ditanah PERHUTANI/PTPN/ SWASTA.
Nah, which is sekarang ada anak-anak kota ni, yang hobinya jalan-jalan di mall mahal rrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr. Naik motor cicilan, pergi pagi berangkat kerja pulang sore atau malam sebelum sampai rumah orangtua ngopi dulu di kopi slowbar bareng wankawan aseq aeq joss. Saat pulang tengok kanan kiri nama daerah kok ada anjing-anjingnya ya, kaya puri cinangneng gold emerald line thailand. Atau nirwana residence giant multycolor, padahal dulu mereka suka nyari belut di rawa daerah tersebut.
Kok beda si anjeng? Tanpa disadari tanah kota dikuasai DEVELOPER. Pas aja lau lihat brosurnya harganya sangat tidak berlandaskan hati nurani pekerja generasi milenial perkotaan. Dimana-mana ratusan juta bahkan milyaran, dan mereka jadi berfikir kita seperti orang asing yang masuk kesuatu negeri cari rumah buat sekedar neduh.
Ya tapi karena orang asing ya MEHONG lah anjing. Mereka pikir nama-nama seperti hunian asri blue rim membuat status mereka wow gitu, selayaknya daun yang digerogoti ulat, tanah-tanah perkotaan habis digerogoti developer. Jalan lain ngontrak atau tergusur ke daerah pinggiran.
Ga kerasa kan? Kemana aja lau? Ya rasain sendiri aja rumah-rumah besar itu entah dipake buat apa atau memang ga kepake alasan investasi, sesungguhnya redistribusi lahan perkotaan akan menjadi hal yang substansial untuk dibahas, gua nulis ini pun entah dah pada sadar atau belon? Membeli rumah dikota bagaikan mimpi bertemu cleopatra di siang bolong, dan gaada gunanya juga lau ketemu cleopatra, mau dibikinin piramida?
Perumahan dengan bentuk bangunan yang besar dan tidak digunakan bila anak-anak kota berani reklaiming bisa menjadi salah satu alternatif redistribusi lahan di areal perkotaan. Cuman generasi boomer kota kan baperan dikit-dikit sewa lawyer parlente dikit-dikit lapor penyerobotan lahan, dikit-dikit kirim gambar gajelas di grup wa keluarga. Belum lagi rumitnya lembaga mengatur tanah dan apakah ada politik hukum yang melindungi redistribusi lahan di areal perkotaan. Tapi buat yang kolektifnya wanian bisa dijadikan salah satu warna gerakan.
Pesan moralnya adalah bagi-bagi anjeng gausah serakah dasar kapitalis B*NGS*T.
1 thought on “Reforma Agraria Buat Si Milenial & Pesan Untuk kapitalis B*NGS*T.”